Fashion History #22 – Elsa Schiaparelli


KREASI ELSA YANG MENGEJUTKAN

 

Iklan Elsa yang pertama ketika dia membuka salonnya tahun 1935 berbunyi ”Good work clothes”. Terletak berhadapan dengan Hotel Ritz di Place Vendome. Dalam sejarah fesyen dia lebih dikenal dengan rancangan-rancangannya yang eksentrik dan berani walau sebenarnya dia memulai rancangannya dengan sebuah sweater kecil yang sangat praktis. Yang membuat sweater ini lain daripada yang lain yaitu dilengkapi dengan ikatan simpul putih besar yang terlihat sebagai seekor kupu-kupu, yang dirajut pada dasar warna hitam. Langganan pertamanya adalah seorang wanita pekerja bernama Anita Loos, yang kemudian terkenal dengan buku novelnya berjudul ”Gentlemen Prefer Blondes” (Laki-laki Lebih Menyukai Rambut Pirang), yang selalu dicari sebagai penulis naskah di Hollywood. Toko …… kepunyaan orang Amerika langsung beraksi dengan memesan 40 potong sweater tersebut. Pesanan ini membuat Elsa Sciaparelli menggelarkarir fesyen dan hal inilah yang mengangkatnya.d dia belum pernah menjadi seorang wanita karir. Dia dilahirkan pada tahun 1890 di Roma sebagai anak ke 2 dari keluarga yang berada dan berbudaya. Walaupun dia bisa masuk sekolah dimana pada masa itu merupakan hal yang tidak biasa bagi seorang perempuan. Dia tidak diijinkan orangtuannya untuk berlatih menjadi pekerja. Dia memang tertarik padabidang musik, teater, seni khususnya radical futurism, tetapi tidak pernah menekuninya dengan serius. Pada akhirnya dia memutuskan untuk belajar filosofi dan diam-diam berkembang menjadi seorang penulis puisi.

Buku puisinya yang berjudul Arethsa, mendapat pujian dari para kritikus untuk semangat puisinya yang indah, namun dikutuk oleh orangtuanya yang tidak menyukai kegemarannya membuat puisi. Inilah waktunya bagi Elsa untuk menikah. Apa yang dipandang keluarganya baik/membahagiakan, menjadi sebaliknya bagi Elsa, begitulah timbal balik. Dengan pendidikan yang tinggi, tidak terlalu cantik, tetapi sensitif, lembut tapi agak keras kepala, dia dikirim ke Inggris pada usianya yang ke 23, untuk membantu seorang perempuan kaya raya yang mendirikan yayasan yatim piatu yang maju pesat.

Suatu sore dia menghadiri sebuah kuliah filosofis di London dan berkenalan dengan seorang pembicaranya yaitu Count William de Wendt de Kerlor. Keesokan harinya mereka bertunangan. Ayahnya, 70 tahun, dan ibunya 60 tahun diberi tahu lalu pegike Inggris, tetapi tidak dapat mencegah perkawinan Elsa pada awal tahun 1914.

Elsa telah memilih seorang pasangan yang sulit, William, setengah Breton, setengah Prancis-Swiss dengan nenek moyang asal Slavia, terlalu merasa dirinya seorang lelaki yang tampan. Dia memanfaatkan hal ini bila rasa percaya dirinya menurun, dia memrlukan seorang pendorong. Dia mempunyai kecenderungan terhadap hal-hal yang berbau mistik, dia membuat banyak wanita tergila-gila kepadanya. Hal ini terjadi tidak lama setelah mereka menikah. Terjadi suatu perang diantara mereka, dan ketika itu di Inggris tidak ada kebutuhan akan sekolah filosofis Prancis, sehingga pasangan muda ini hanya mengandalkan hidup dari maskawin/mahar Elsa. Tahun 1915 mereka pindah ke Nice, tetapi William tidak menyukai Prancis, sebagai seorang pengangguran diakehilangan kepercayaan dirinya. William meninggalkan Elsa dan pergi kemana ia mau. Ada suatu kisah selama hampr 4 tahun dalam sejarah Elsa yang dia tidak pernah mau menulis atau membicarakannya. Tidak dapat diketahui bagaimana dan mengapa Count dan Countess de Kerlor (William & Elsa) tiba di New York pada musim semi tahun 1919. Satu hal yang pasti William tidak dapat tinggal di Amerika dan menghilang terus menerus. Yang membuat dia sukses adalah sekolah pribadinya dalam filosofi, yang secara antusias dikunjungi oleh banyak wanita pengagumnya. Dia terlibat cinta dengan penari Isadora Duncan. Ketika itu Elsa berumur 29 tahun, dalam keadaan susah, dia melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Juonne, dengan nama panggilan Gogo. Beberapa bulan kemudian Elsa meminta cerai kepada William. Dia mencari pekerjaan dan dapat berhubungan dengan suatu grup artis yang didirikan sekitar Alfred Stieghtz. Pada galeri ini dia bertemu dengan Marcel Duchamp, Baron de Meyer dan Man Ray. Elsa merasa sulit unutk menyesuaikan dirinya secara cepat tetapi dia merasa betah di lingkungan ini. Keinginannya untuk mencari ilmu penngetahuan dan kecerdasannya sangat dihargai. Selama perjuangannya yang keras untuk bertahan , Elsa membentuk suatu gaya komunikasi langsung dan cepat, yang dia dapatkan dari seorang pebisnis wanita Amerika. Setelah kencan pendeknya dengan seorang penyanyi tenor asal Italia, yang mendadak meninggal karena meningitis, Elsa kembali lagi sendiri dengan anaknya dan kekhawatirannya. Juni 1922 seorang teman wanitanya menolongnya untuk pergi ke Paris. Disana dia dengan cepat berteman dengan para artis, yang beberapa diantaranya pernah bertemu dengannya di New York, seperti Man Ray. Mereka bertemu di Le Boeuf sur le Toit, tempat dimana para artis berdansa dan minum-minum, disana ada Cocteau, Picasso, Fancir Picabia, Andre Gide, Igor Strarvinsky dan tentu saja Coco Chanel yang telah sukses. Karir fesyen Elsa mulai ketika dia bertemu dengan Paul Poiret. Pertemuannya dengan raja fesyen ini menjadi sebuah legenda. Suatu waktu Elsa menemani seorang wanita Amerika yang kaya ke sebuah fashion show, yang kemudian dilihat oleh Poiret sewaktu dia sedang mencoba sebuah gaun velvet hitam dengan garis berwrna warni dan setiap lapisan dari sutera yang berwarna biru cerah. ”Kenapa kamu tidak membelinya?” tanya orang besar itu. Elsa mengaku dia tidak punya uang untuk membeli gaun tersebut dan lagi pula kemana dan pada acara apa dia akan memakai gaun tersebut. Poiret menjawab: ”Seornang perempuan seperti anda bisa mengenakan apa saja dan kemana saja, Dan jangan takut mengenai uang.” Gaun dari velvet tersebut menjadi pemberian Poiret kepadanya, dan pemberian-pemberian lainnya karena Poiret sangat dermawan. Tetapi pemberian yang terbesar yang diterimanaya dari persahabatan tersebut adalah bahwa poiret mengetahui kreatifitasnya dan mendorong dia untuk memproduksi rancangan-rancangan pribadinya. ”Pour le Sport”, tulisan Elsa Schiaparelli pada pintu tokonya yang pertama di Rue de la Paise. Dia ingin mendandani perempuan modern seperti perempuan ang pernah ditemuinya di Amerika. Wanita modern tidak perlu pakaian-pakaian yang dibuat sesuai ukuran yang berbelit-belit/rumit tetapi mempunyai bagian-bagian fungsional yang dapat dipadukan dan disesuaikan untuk kelihatan berbeda setiap waktu (mixed and match). Konsep tunggal yang dipakai untuk pakaian-pakaian sport masa kini. Elsa berjumpa dengan sebuah keluarga Armenia yang menterjemahkan desain orisinilnya menjadi baju-baju rajutan yang bagus, dan mereka bersama-sama menjadi kaya dan terkenal. Koleksi-koleksi inilah yang menjadi pelopor dari deretan pakaian siap pakai. Sebagai , pakaian-pakaian olahraga Elsa terjual secara khusus di Amerika. Sebagai langganannya dia segera merangkul bintang-bintang Hollywood seperti Katharine Hepburn, Joan Crafwood, Greta Gaibo………………………

Yang akan terjadi terjadilah, pada suatu titik perempuan berpakaian paling praktis pun tidak menginginkan lagi pakaian-pakaian kerja, mereka pun menginginkan gaun malam. Oleh sebab itu pada tahun 1933, Elsa merancang gaun malam yang panjang untuk pertama kalinya, gaun kurus ramping terbuat dari krep Cina putih, dipakai dengan rangkapan baju (dress-coat) yang mempunyai ekor yang disilangkan dibelakang. Rancangan ini meraih sukses besar dan ditiru seluruh dunia. Ini adalah awal karir Elsa. 5 tahun antara pembukaan studionya di Place Vendom dengan pecahnya perang, adlah waktu suksesnya Elsa Schiaparelli. Langganan-langganannya yang berpengaruh seperti Nancy Cunard dan Daisy Fellowes berbelok dari Chanel dan Patau ke Elsa Schiaparelli. Pers mengeluk-elukan kreatifitasnya, keberanian dan keunikannya sehingga para artis merasa tertarik secara magis kepadanya. Elsa memasukan surealisme kedalam fashion dengan mengadopsi prinsip-prinsip penambilan objek-objek biasa diluar setting yang sudah lazim/dikenal dan memperagakannya dalam suatu konteks yang benar-benar berbeda. Setiap orang tahu sepatu ang yang menjadi topi dengan sol merahnya menghadap ke atas dan berdampingan dengan pipi / secara menyamping ke pipi. Kemudian sarung tangan yang ujung jarinya diberi warna keemasan dan baju yang terbuat dari potongan-potongan kain. Gaun malam besar untuk kesempatan-kesempatan yang sangat formal dengan pola yang seolah-olah dipakai smpai usang (suggestive of much wear and tesr). Mantel tanpa lengan (cap) yang dihiasi dengan potongan-potongan benang yang kemudian menjadi skandal-yang mana punk fashion melakukan hal itu empat dekade kemudian. Salvador Dal membantu Elsa mambuat kain-kain perca (torn fabrics) dan dia merancang suatu dompet hitam dari velvet dengan bentuk sebuah telepon dengan pemutarnya disulam emas. Dia juga melukis motif udang raksasa, yang dipakai Schiap, nama panggilan Elsa, pada gaun malam berwarna putih.

Kegemaran humor surealisnya dan keinginannya untuk membuat kejutan membuat Elsa menjadi partner yang ideal bagi para artis. Picasso menginspirasinya untuk membuat cetakan kaoran pada kain dan Jeau Cocteau mengusulkan pola sulaman puisi/bersifat puitis yang dengan sendirinya merupakan sebuah karya seni. Kekuatan dari Lesage benar-benar adil terhadap permintaan baju rajutan artistik Schiap, dan memproduksi artikel-artikel yang tetap banyak perminatnya di seluruh dunia. Seperti juga mentor yang dikaguminya Poiret, Schiap mengerti bagaimana caranya menguasai para artis-artis terkenal dijamannya untuk berperan serta dalam fashionnya. Antara lain: Chriatian Berard, Vertes, dan Kees Van Dongen bekerja untuknya, dan juga pengarang puisi Louis Aragon dan artis-artis berbakat serba bisa seperti Cecil Beaton dan Man Ray. Suasana yang kreatif ini menginspirasi Elsa unutk merancang koleksi yang paling berani. Dia menjuluki yang pertama dengan julukan ”Stop, Lihat dan Dengar”, dan kemudian disusul dengan musik, sisrkus, kupu-kupu, komedi de L’Arte, astrologi dan Bayar Kontan (Cash and Carry). Dia sepertinya mengungguli dirinya dengan setiap koleksi barunya, dan ini tidak saja berlaku untuk rancangannya, tetapi juga pada peragaannya. Dia merubah setiap shownya dengan pemakaian kacamata, seperti juga Kenzo, Gaultier dan Galliano melakukan hal seperti ini beberapa dekade kemudian. Tidak mengherankan bahwa Schiap menjadi kesayangan pers, yang menjadi kekecewaan yang amat sangat bagi Chanel. Pemberitaan yang tak henti-hentinya mengatakan bahwa Schiap adalah seorang artis, tetapi dia menolak konsep itu. Bagi dirinya: ”Ada dua kata yang saya pantang mendengarnya yaitu artistik dan tak mungkin.” katanya. Bagi dia, diantara para perancang fashion, hanya Poiret lah yang dianggap seorang artis olehnya yang mana warna-warna Poiret yang berani ditiru olehnya yang membuat dia terkenal dan juga sbagai trademarknya adalah warna shocking pink, warna brilian yang digunakannya untuk segala sesuatu dari kertas pembungkus dan lipstik sampai kepada cape malam yang diberi sulaman mewah. Dia ingin memberikan kejutan pada segala sesuatu. Koleksinya pada tahun 1952 disebutnya ’Shocking Elegance’, dan biografi dirinya yang diterbitkan pada tahun 1954 juga berjudul ’Shocking Life’ (Hidup yang Mengejutkan). Parfumnya yang sangat sukses yang dipublikasikan tahun 1938, tentu saja diberi nama ’Schocking’, dimana dia mempromosikannya dengan sebuah anekdot yaitu artis Leonor Finio menggunakan boneka/patung yang ada di studio jahit Ela sebagai model untuk botol parfum yang berbentuk seorang perempuan, yang boneka tersebut berfungsi sebgai model dengan ukuran tubuh bintang film Mae West.

Sejauh Schiaparelli menginginkan sesuatu, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Aspirin dirangkai menjadi sebuah kalung, plastik kumbang, lebah dipakai sebagai perhiasan kostum. Ritsleiting dipakai sebagai penghias gaun malamHaute Couture. Dia juga memakai bahan sintetis yang baru untuk menciptakan baju-baju dari cellophan dan rhodophane. Karena kancing dianggap membosankan, maka dia memberatinya menjadi model kecil-kecil dalam bentuk jangkrik, kuda kecil sirkus, artis-artis trapze, mahkota dan gula pasir kotak. Dia selalu menemukan sesuatu tanpa henti-hentinya, hanya saja pencapaiannya yang terbesar tersebut tidak dilatarbelakangi ilmu pengetahuan. ”Dia membuat revolusi fashion antara tahun 1930 dan 1940.” kata aktris Arlessy (Arlette Leonne Bathiat) yang pernah bekerja sebagai model pada Schiap, yang ditulis buku memorinya walau semua efek yang diperagakan yang menarik perhatian setiap orang, rancangan Schiap benar-benar sangat simpel dan sangat enak dipakai. Setelan dan celana panjangnya yang hebat, seringnya tanpa kancing-kancing, jaket yang bentuknya kotak, dipotong seperti sebuah seragam prajurui tetapi memakai garis bulatdan siluet yang halus, dan selalu memakai detil ekstra yang kecil tersebut. Boleronya lebih dari sekedar barang mewah. Baju tersebut melindungi dada dan bahu, yang menurut Schiap merupakan bagian-bagian tubuh perempuan yang paling sensitif terhadap serangan.

Pada masa pecah perang, Elsa Schiaparelli terbang ke Amerika. Tahun 1945 dia kembali ke Prancis. Dia tidak ingin mengekang imajinasinya karena sebab-sebab ekonomi. Dia akhirnya terbelit masalah keuangan. Rancangan pasca perangnya tidak lagi sesuai dengan masa itu. Sampai dia meninggal tahun 1973, dia masih menerima pendapatan besar dan parfumnya, sejak dia selalu menahan lisensinya. Dia berhenti sebagai perancang fashion pada tahun 1954, pada tahun yang sama dengan Coco Chanel yang kembali ke Prancis, setelah selama 15 tahun meninggalkan Prancis.

KREASI ELSA YANG MENGEJUTKAN

KREASI ELSA YANG MENGEJUTKAN

KREASI ELSA YANG MENGEJUTKAN


Leave a Reply